Minggu, 07 April 2013

Berawal dari Jejaring Sosial Twitter



    P
ada siang hari yang panas, Tania, perempuan usia 15 tahun ini sedang duduk di depan komputer kesayangannya. Seperti biasa, kegiatan yang ia lakukan ketika membuka komputernya adalah membuka Twitter. Entah kenapa, Tania begitu fanatic terhadap Twitter. Rasanya tidak membuka Twitter satu hari saja,nampaknya tidaklah kumplit.
        Saat Tania membuka Twitter,ia langsung mencari apakah ada mention atau tidak. Ternyata ada. Seorang cowok meminta Tania untuk di FollowBack.
‘Siapa, nih? Anak mana?’ gumam Tania sambil membuka profile cowok itu.
‘Oh ternyata satu sekolah denganku.’
Tania langsung meng-klik Follow yang ada di Profile cowok itu.
        Sebenarnya Tania sama sekali belum pernah melihat cowok itu disekolahnya. Namanya pun belum ia kenali sebelumnya. Firza. Ya, namanya baru Tania ketahui sejak tadi.


   D
i sekolah, Tania menangis, apalagi kalau bukan karena cowok. Tapi cowok itu bukanlah Firza. Melainkan teman sekelasnya, Ray. Ray adalah cowok yang Tania sukai ketika pertama ia masuk di sekolahnya.  Namun, saat itu ia benar-benar bingung atas perasaan suka nya kepada Ray. Ya, galau. Di saat seperti itu, sahabat Tania tidak ada yang peduli atas kesedihannya Tania.
                Pulang sekolah, Tania membuka Twitter. Seperti hari-hari sebelumnya, ia jadi sering berkomunikasi dengan Firza lewat Twitter. Pada saat itulh Tania menceritakan bahwa ia sedang sedih.
Dan jawaban yang ia terima dari Firza adalah “Move On aja.”
“Hahhh...” Tania menghela nafas saat membaca ini. ‘Move on sama siapa? Sama kamu? Hahaha..” Tania tertawa dalam pikirannya. Langsung ia ketik untuk memberi balasan.
“Hmm, iya udah ko hehe”
“Bagus deh hehe”
“Hmm, bagus ya?” Tanya Tania pad Firza.
“Iya, biar ga sedih terus”. Saat membaca balasan dari Firza, i sungguh kaget. Cowok yng baru ia kenal beberpa hari begitu peduli pd Tania. ‘Cowok ini..Kenapa peduli banget? Sejak kapan kamu tahu bahwa aku selalu sedih?’

   R
ay. Tidak ada nama Ray lagi yang ada di pikiran Tania. Tetapi yang ada hanyalah Firza. Firza Firza Firza. Ah, entahlah, cowok itu membuat Tania sangat nyaman.
‘Suka? Sama Firza? Ngga deh, gak mungkin’ Bantah Tania pada pikirannya.
        Akhir-akhir  ini Tania sangat dekat dengn Firza. Sampai-sampai Firza pernah memint nomor Handphone Tania. Sejak itulh, Firza mengtakan yang sesungguhnya kepda Tania.
        From: Firza
Tan, gak tau knp aku suka sama kamu. Boleh kan? Hehe.
Pesan singkat ini benaar-benar membuat Tania terbang. Terbang diatas langit biru yang indah dengan sejuta burung-burung diatas.
Namun, seketika ia tersadar.
‘Gak seharusnya kamu terbang terlalu tinggi, jika suatu saat kamu terjatuh, akan sakit sekali rasanya.’ Ia langsung ketik balasan untuk Firza.
To : Firza

          Haha boleh aja itu kan hak kamu
.

B
el berbunyi, tanda istirahat tiba. Tania saat itu tidak pergi ke kantin, karena ia membawa bekal kesukaannya, yaitu roti isi. Tania melahap rotinya di koridor kelas. Saat sedang mengigit rotniya, ia dikejutkan dengan melihat Firza yang di kejauhan sedang berjalan bersama perempuan. Terlihat akrab sekali. ‘Hah? Acha? Sama Firza? Apa-apaan ini?’ keluh Tania dalam hati. Tania sangat panas melihatnya, namun ia tidak bisa marah karena Firza bukanlah ‘siapa-siapa’ nya Tania. Dengan kesal, ia langsung melangkahkan kakinya ke dalam kelas.
“Aaaaaah please deh, aku tadi liat Firza deket banget sama Acha! Apa maksudnya sih? Jadi selama ini dia cuma mainin perasaan aku doang? Buaya banget tuh cowok!” Tania melampiaskan kekesalannya pada sahabatnya. Namun sahabat Tania menganggap bahwa ia telah negative thinking pada Firza.
Negative thinking? Jelas-jelas aku ngeliat mereka dengan mata kepalaku sendiri! Mereka deket banget!” Tania kesal. Sikap keras kepalanya Tania membuat sahabatnya hanya bisa mengelus-elus punggung Tania. Namun, terlintas dipikiran Tania bahwa ia tidak seharusnya memerdulikan masalah itu, toh Firza juga bukan kekasih Tania ataupun ‘siapa’nya Tania.

‘Coba relax, Tan. Enjoy’
gumam Tania pada pikirannya sendiri.

S
ore yang mendung, Tania menjatuhkan badannya di kasur ber-seprai Doraemon miliknya. Saat memejamkan matanya, ia terkejut dengan Handphonenya yang berdering tanda ada pesan singkat. Dan nama Firza terpampang pada Handphone Tania.
From : Firza
Hai, Tan. Lagi apa nih?
Karena masih kesal dengan apa yang Tania lihat di sekolah tadi, Tania tidak mau membalas pesan singkat dari Firza. Ya. Tania tidak mau hatinya terluka.
Sudah beberapa kali Firza mengirim pesan singkatnya kepada Tania, namun Tania sama sekali tidak ingin membalas pesan singkat darinya. Karena kesal, Firza pun menelepon Tania.
‘Ada apa sih telpon-telpon? Penting ya?’ Dengan malas Tania mengangkat telpon dari Firza.
“Kamu kenapa? Sms ko ga dibalas, sih” Firza langsung bicara setelah Tania mengangkat.
“Untuk apa sih dibalas? Ga penting juga.”
“Kok kaya gitu sih ngomongnya, Tan?” Firza heran. Tania langsung menjelaskan apa yang tadi ia lihat di sekolah.
“Ya ampun, Tan. Kamu salah paham. Acha bukan siapa-siapa aku. Coba deh tanya Achanya. Kamu pasti bakalan tau nanti. Aku belum bisa ngejelasinnya sekarang. Percaya sama aku.”
“Untuk apa aku percaya sama kamu?”
“Percaya deh, Tan. Suatu saat kamu pasti bakalan tau. Sekarang bukan waktu yang tepat.”
“Terserah kamu deh, aku cape!” Bantah Tania.
“Please, Tan. Percaya! Aku..... Aku sayang sama kamu. Jadi tolong, kamu harus percaya”

Mendengar itu, Tania tidak bisa berkata-kata. Terdiam dengan mulut menganga. Entah kenapa, dengan kata-kata yang keluar dari mulut Firza membuat Tania sangat yakin kalau dia harus percaya.

H
ari demi hari, hubungan Tania dan Firza kini semakin dekat. Sampai suatu ketika, inilah saatnya.
        Tania dan temannya, Elisa, pergi ke salah satu Mall di Bandung. Di foodcourt Elisa membuka notebooknya sambil bermain Twitter. Sedangkan Tani, hanya duduk dan membuka Twitter lewat Handphonenya.
“Firza suka tuh sama kamu, kapan jadiannya?” Elisa memulai pembicaraan.
“Hmm belum, eh ga akan, eh...” Tania terbata-bata menjawabnya karena salah tingkah.
Tania dan Elisa pun tertawa.
“Aku DM Firza ya, suruh tembak kamu”
“Jangan, dong. Ngaco nih ah. Oh iya, Acha suka ya sama Firza?” bantah Tania.
“Kamu tuh yang ngaco. Yang ada Acha ngebantuin semunya. Ups, keceplosan. Udah ah diem! jawab Elisa sambil tertawa. Tania hanya bisa diam dan panik. Tapi, di satu sisi Tania senang.
‘Akankah kita bersama, Firza?’ gumam Tania. Lamunan Tania terpecahkan saat Elisa berkata “Udah tuh, tunggu tanggal mainnya aja ya. Yuk pulang!”

Seketika jantung Tania berdegup kencang.

   D
i perjalanan pulang, handphone Tania berdering tanda ada pesan singkat.
From : Firza
        Tania J
Tania langsung memberi balasan dengan singkat. ‘Iya apa, Firza?’
        Setelah lama menunggu balasan, nama Firza terpampang di layar Handphone Tania.
        From : Firza
        Tania mau ga jadi pacar Firza? J
Tania kaget. Apa cowok ini serius? Jantung Tania seakan-akan berhenti. Ia tidak percaya apa yang Firza katakan. Setelah lama berpikir, Tania menjawab. ‘Ya. Jalanin aja dulu.’
        Semoga dengan jawaban yang Tania berikan untuk Firza adalah jawaban yang terbaik.
“Cie udah ga jomblo lagi, nih cewek. Semoga langgeng ya kalian” Tania tersenyum dan mereka pun tertawa senang.
        Detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, mingu ini, bulan ini, dan thun ini, 8 November 2012, Tania in a Relationship with Firza.

THE END





Tidak ada komentar:

Posting Komentar